Begitupula Indonesia memiliki lahan hutan yang sangat luas, sehingga bisa mengekspor hasil hutan. Diantaranya meliputi mangrove, cendana, angsana, meranti, ulin, eboni, hingga kruing. 3. Hasil industri dan kerajinan. Indonesia juga seringkali mengekspor hasil industri khususnya di bidang makanan seperti halnya mie instan hingga produk kopi jadi.
Menjadimie instan populer asal Indonesia, ternyata Indomie punya sejarah panjang. Alami akuisisi, Indomie akhirnya semakin populer dan hadir di banyak negara. Mencari peluang untuk melakukan ekspansi, Sanmaru mulai mengekspor produk buatannya ke beberapa negara tetangga hingga benua Eropa. Penjualan Indomie ke luar negeri ini telah
KondisiKaret Indonesia - HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-JEPANG DALAM KERANGKA INDONESIA-JAPAN E. Sekitar 81,51% produksi karet alam Indonesia diekspor ke manca negara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi dalam negeri (Badan Pusat Statistik, 2012). Besarnya potensi karet di Indonesia membuat usaha perkebunan karet di Indonesia terus
Padatahun-tahun itu, Indonesia mengekspor WP 150.000 ton (Malaysia 60.000 ton), yang cuma sekitar 4%. Sementara, cangkang sawit (Palm Kernel Shell) dari kedua negara itu diekspor ke Jepang dalam jumlah kecil. Korsel sendiri mengimpor WP dengan harga sekitar (109-135) Euro/ton (2015). Dikala itu, Vietnam sudah mengekspor WP ke Korsel sekitar 71%.
kawasanAsia Tenggara yang mengekspor karet ke luar negeri menjadi suatu pemasukan Ekspor Karet Alam Indonesia ke 5 Negara Pengekspor Terbesar Tahun 2013-2017 Sumber: Gapkindo Australia menghasilkan presentasi total 2%. Asia 30% China 17% Afrika & Australia 2% Eropa 19% Amerika Utara 32%. 7
PeringatiHari Bhakti TNI AU Ke-73, Pos Indonesia Luncurkan Sampul Peringatan Dengan Teknologi QR Code Sumatera Utara mengekspor 693,75 kg sarang burung walet senilai Rp.11,65M ke 4 negara dengan meng Baca Selengkapnya Belanja di Bukalapak pakai Kartu Debit BTN Visa e’BATARAPOS dan Kirim via Pos Indonesiadapat Gratis Ongkir Hingga
Bxq9x. Pohon karet memerlukan suhu tinggi yang konstan 26-32 derajat Celsius dan lingkungan yang lembab supaya dapat berproduksi maksimal. Kondisi-kondisi ini ada di Asia Tenggara tempat sebagian besar karet dunia diproduksi. Sekitar 70 persen dari produksi karet global berasal dari Thailand, Indonesia dan Malaysia. Memerlukan waktu tujuh tahun untuk sebatang pohon karet mencapai usia produksinya. Setelah itu, pohon karet tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun. Karena siklus yang panjang dari pohon ini, penyesuaian suplai jangka pendek tidak bisa dilakukan. Negara Produsen Karet Alam Terbesar pada Tahun 2014 Negara Produksidalam ton 1. Thailand 4,070,000 2. Indonesia 3,200,000 3. Malaysia 1,043,000 4. Vietnam 1,043,000 5. India 849,000 Sumber ANRPC Karet Alam di Indonesia Produksi dan Ekspor Karet Indonesia Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia penting untuk pasar global. Sejak tahun 1980an, industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet negara ini - kira-kira 80 persen - diproduksi oleh para petani kecil. Oleh karena itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran yang kecil dalam industri karet domestik. Kebanyakan produksi karet Indonesia berasal dari provinsi-provinsi berikut1. Sumatra Selatan2. Sumatra Utara3. Riau4. Jambi5. Kalimantan Barat Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu dekade terakhir. Di tahun 2016, perkebunan karet di negara ini mencapai luas total 3,64 juta hektar. Karena prospek industri karet positif, telah ada peralihan dari perkebunan-perkebunan komoditi seperti kakao, kopi dan teh, menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet. Selama beberapa tahun ini jumlah perkebunan karet milik petani kecil meningkat, sementara perkebunan Pemerintah sedikit berkurang, kemungkinan karena perpindahan fokus mereka ke kebun kelapa sawit yang luas. Luasnya kebun karet pemain swasta besar berkurang di antara tahun 2010 dan 2012, namun naik cukup cepat mulai dari tahun 2013. Luas Perkebunan Karet di Indonesia 2010 2015 2020 Petani Kecildalam ribu ha 2,922 3,076 Pemerintah dalam ribu ha 239 230 Swasta Besardalam ribu ha 284 315 Totaldalam ribu ha 3,445 3,621 Sumber Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo Sekitar 85 persen dari produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri. Hampir setengah dari karet yang diekspor ini dikirimkan ke negara-negara Asia lain, diikuti oleh Amerika Utara dan Eropa. Lima negara yang paling banyak mengimpor karet dari Indonesia adalah Amerika Serikat yang berkonsumsi hampir 22 percent dari total ekspor Indonesia, Republik Rakyat Tiongkok RRT, Jepang, Singapura, dan Brazil. Konsumsi karet domestik di Indonesia kebanyakan diserap oleh industri-industri manufaktur Indonesia terutama sektor otomotif. Mengingat industri manufaktur industri susah berkembang dengan signifikan, konsumsi karet di pasar domestik hanya tumbuh dengan sedikit saja. Produksi & Ekspor Karet Alam Indonesia 2014 2015 2016 2017 2018Âą 2019Âą Produksi juta ton Volume Ekspor juta ton Nilai Ekspor juta Dollar AS 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Produksi juta ton Volume Ekspor juta ton Nilai Ekspor juta Dollar AS Âą menunjukkan prognosisSumber Association of Natural Rubber Producing Countries, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo & Food and Agriculture Organization of the United Nations Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki level produktivitas per hektar yang rendah. Hal ini ikut disebabkan oleh fakta bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia umumnya sudah tua dikombinasikan dengan kemampian investasi yang rendah dari para petani kecil, sehingga mengurangi hasil panen. Sementara Thailand memproduksi kilogram kg karet per hektar per tahun, Indonesia hanya berhasil memproduksi kg/ha. Baik Vietnam kg/ha maupun Malaysia kg/ha memiliki produktivitas karet yang lebih tinggi. Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produk-produk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85 persen dari hasil produksi karetnya. Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan walaupun lambat karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya konsumsi domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik digunakan oleh industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet, benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-alat lain. Ekspor Karet Indonesia Menurut Jenis Mutu Type 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Lateks Pekat'000 ton Ribbed Smoked Sheet '000 ton Technically Specified Rubber'000 ton 2,279 2,370 2,625 2,550 2,539 2,494 Lain'000 ton Sumber Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo Sebagai importir karet terbesar di dunia, kebijakan-kebijakan RRT bisa memiliki dampak sangat luas bagi industri karet dunia. Di akhir tahun 2014, Pemerintah RRT memutuskan untuk menyetujui standar baru untuk impor senyawa karet. Kandungan karet mentah yang diizinkan dalam senyawa karet yang diimpor dikurangi dari 95-99,5 persen menjadi 88 persen, mengimplikasikan bahwa impor senyawa karet ke RRT dikenai beacukai impor 20% tarif yang sama dengan beacukai impor karet alam. Kebijakan RRT yang baru ini adalah pukulan bagi para suplier karet dari Indonesia karena menyebabkan penurunan penggunaan senyawa karet di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Masalah lain adalah AS memindahkan ban buatan Indonesia dari sistem preferensi umumnya generalized system of preference. Program AS ini didesain untuk mendukung negara-negara berkembang dengan memotong beacukai impor dan pajak untuk kira-kira produk dari 123 negara. Ban buatan Indonesia dipindahkan dari daftar sistem ini karena AS meyakini bahwa industri ban Indonesia sudah cukup kompetitif. Ini berarti ekspor ban ke AS kini dikenai pajak impor 5 persen. Tren Pasar, Tantangan & Harga Karet Alam Penggerak utama untuk pasar karet global adalah kawasan Asia-Pasifik di mana permintaan akan karet alam tumbuh dengan kuat, dipimpin oleh China, konsumen karet terkemuka di dunia dan yang diperkirakan akan konsumsi hampir 40 persen dari total konsumsi karet dunia pada tahun 2021 sebagian besar digunakan dalam industri manufaktur ban. Sementara itu, pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi karet juga diperkirakan terjadi di Indonesia, India, Vietnam, dan Thailand karena industri otomotif yang berkembang di negara-negara ini. Seperti kebanyakan komoditas utama lainnya, harga karet internasional telah mengalami tekanan mulai dari 2011 waktu aktivitas ekonomi global lemah yang berdampak negatif pada industri otomotif serta melimpahnya pasokan karet alam. Selain itu, harga minyak mentah yang rendah membuat karet sintetis sangat kompetitif, sehingga harga karet alam turun secara signifikan antara awal 2011 dan akhir 2017. Sementara itu, kemajuan dalam pengembangan ban berbasis bio juga menjadi ancaman bagi industri karet. Grafik pertama di bawah ini menunjukkan penurunan tajam harga karet alam mulai dari awal 2011 karena melimpahnya pasokan karet, pertumbuhan ekonomi yang lamban dan persaingan yang ketat dari karet sintetis. Harga Karet Alam - Grafik I data dari Bloomberg Grafik kedua menunjukkan pemulihan tajam harga karet alam pada kuartal terakhir 2017 dan awal 2018. Alasan di balik kenaikan harga ini adalah gangguan pasokan di Thailand. Banjir besar-besaran dan tersebar luas di bagian selatan Thailand, di mana sebagian besar penanaman karet nasional terjadi, memiliki dampak besar pada pasokan karet alam baik dalam hal produksi dan distribusi. Kekeringan yang parah juga disebut sebagai alasan produksi karet yang lemah di Thailand pada waktu itu. Harga Karet - Grafik II data dari Bloomberg Negara-negara penghasil karet terkemuka di dunia - Thailand, Indonesia dan Malaysia - juga telah sepakat untuk membatasi ekspor karet mereka melalui Agreed Export Tonnage Scheme AETS yang disetujui dalam upaya untuk meningkatkan harga karet alam internasional. Kesepakatan pertama terjadi akhir tahun 2012. Penurunan permintaan karet Cina adalah salah satu alasan utama untuk menerapkan AETS. Updated pada 5 April 2018
Home Sektor Riil Kamis, 02 Juni 2022 - 1816 WIBloading... Sedikitnya ada empat harta karun di Indonesia yang di ekspor ke Australia. Foto DOK SINDOnews A A A JAKARTA - Sedikitnya ada empat harta karun di Indonesia yang di ekspor ke Australia . Bukan hanya pertambangan saja, sebagai negara maritim, Indonesia juga mengekspor kekayaan laut. Salah satunya yaitu ikan memiliki harta karun dalam bentuk sumber daya alam yang melimpah ruah. Dalam hal ini, harta karun tersebut menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup menguntungkan. Dikutip dari situs Kemenkeu, kinerja ekspor Indonesia pada Desember 2021 mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya. Angkanya mencapai USD 22,38 juga 4 Harta Karun Indonesia yang Diekspor ke EropaSepanjang 2021, nilai ekspor mengalami peningkatan tajam sekitar 41,8 persen yang didorong pertumbuhan pada sektor migas maupun non-migas. Berikut beberapa harta karun Indonesia yang diekspor ke Australia 1. Logam Dasar MuliaAustralia menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor Logam Dasar Mulia Indonesia. Meskipun angkanya masih jauh dibawah Jepang dan Singapura, namun Benua Hijau tetap masuk data BPS tentang negara tujuan utama ekspor logam mulia tahun 2012-2020, Indonesia mengekspor sekitar 29,7 ton logam dasar mulia pada 2020. Angka ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2018 yang hanya mencapai 3,4 untuk angka ekspor tertingginya berada di tahun 2012 yang mencapai 46,3 ton logam dasar Minyak MentahMinyak Bumi Mentah menjadi harta karun Indonesia berikutnya yang diekspor ke Australia. Berdasarkan data BPS, Australia mendapat sekitar ton ekspor minyak mentah dari Indonesia pada 2020. harta karun ekspor australia sumber daya alam Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 6 menit yang lalu 14 menit yang lalu 29 menit yang lalu 33 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
Sumber daya alam yang melimpah merupakan alasan kuat Indonesia aktif melakukan ekspor. Apalagi, kegiatan ekspor menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hingga April 2021, produk nonmigas mendominasi komoditas ekspor Indonesia ke beberapa negara, seperti Cina, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia. Sementara, persentase produk migas tidak sampai 10% dari total ekspor Indonesia. Keberagaman komoditas tersebut menunjukkan negara kita punya banyak produk potensial yang bernilai ekspor. Lebih lanjut, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia PPEI di bawah naungan Kementerian Perdagangan menyebutkan 10 komoditas ekspor Indonesia yang menjadi produk utama. Ini dia daftarnya. Furnitur Produksi kayu dan hasil hutan yang melimpah juga menempatkan Indonesia sebagai produsen mebel teratas di dunia. Meski industri mebel sempat mengalami pasang surut akibat terpaan pandemi, perlahan ekspor furnitur dan produk model mulai bergeliat kembali. Kamu bisa mendapati furnitur buatan Indonesia di beberapa negara, seperti AS, Belanda, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Perancis, dan Inggris. Komponen Otomotif Mengingat beberapa pabrikan otomotif sudah punya pusat produksi di Indonesia, Sebut saja, BMW, Daihatsu, Suzuki, Nissan, hingga Isuzu, Semua memungkinkan konsumen lokal memperoleh suku cadang terbaik berkualitas global. Ini membuat ekspor komponen otomotif memberi harapan pada roda perekonomian Indonesia lewat ekspor rutin ke beberapa negara, seperti AS, India, Jepang, Cina, dan Thailand. Elektronika Data ekspor tahun 2020 mencatat angka ekspor elektronika sebesar US$9,23 miliar. Ini mencakup perlengkapan elektrik dan mesin. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina, Thailand, Vietnam, Belgia, Inggris, dan AS adalah sebagian negara tujuan ekspor elektronika. Alas Kaki Laman Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa pada 2019 Indonesia tampil sebagai produsen alas kaki nomor empat terbesar dunia. Disebutkan kapasitas produksi alas kaki made in Indonesia’ bisa mencapai juta pasang dalam satu tahun. AS, Perancis, Italia, Kanada, Sri Lanka, dan Jerman jadi beberapa negara tujuan ekspor alas kaki. Baca juga Punya Hobi Koleksi Sepatu? Jadikan Hobimu Sebagai Investasi! Tekstil Tekstil ini juga menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sering disebut sebagai TPT tekstil dan produk tekstil, industri tekstil domestik mengalami pertumbuhan pesat selama beberapa tahun terakhir. Mayoritas produk tekstil Indonesia diekspor dalam bentuk bahan baku yang kemudian digunakan oleh industri mode dunia. Negara tujuan ekspor TPT antara lain Italia, Panama, Inggris, Perancis, AS, Jerman, Belanda, Korea Selatan, dan Spanyol. Karet dan Produk Karet Olahan Hasil perkebunan karet menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di sektor perkebunan, hanya kalah dari kelapa sawit. Lahan perkebunan karet di Indonesia memang terbilang luas sehingga karet dan produk turunannya pun menjadi salah satu komoditas ekspor andalan. Saat ini ekspor karet dikirim ke Malaysia, Filipina, Australia, Singapura, Jepang, AS, Jerman, Italia, Belanda, dan Arab Saudi. Kakao Bahan baku pembuatan coklat asal Indonesia rupanya digemari dan dicari industri coklat Eropa. Kakao memang tumbuh subur di beberapa daerah Indonesia, sebagaimana tanaman kopi. Indonesia pun mengekspor kakao ke beberapa negara, seperti Swiss, Inggris, Belgia, Jerman, Belanda, Rusia, Jepang, dan AS. Kopi Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbaik dunia, Indonesia mengandalkan ekspor kopi jenis arabika dan robusta ke beberapa negara. Sebut saja, Italia, AS, Inggris, Brazil, Cina, Malaysia, Spanyol, dan Vietnam. Udang Sejalan dengan status negara kita sebagai negara maritim, udang adalah komoditas ekspor utama Indonesia. Pada 2020 lalu, BPS melaporkan nilai ekspor udang dan perikanan menyentuh nilai US$3,51 miliar. Bahkan, komoditas perikanan bisa mengalami surplus sekalipun badai pandemi melanda. Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Inggris, Belgia, dan AS jadi beberapa negara tujuan utama ekspor udang. Minyak Kelapa Sawit Setelah Malaysia, Indonesia berada di posisi kedua produsen minyak kelapa sawit. Ini membuat minyak nabati menduduki peringkat teratas daftar komoditas ekspor nonmigas pada 2020 lalu. Dengan total ekspor mencapai US$20,72 miliar, Indonesia mengekspor minyak kelapa sawit ke Cina, India, Vietnam, Afrika Selatan, AS, Jerman, dan Turki. Selain 10 produk utama, PPEI juga menunjukkan daftar produk potensial yang dapat diekspor ke beberapa negara. Sebut saja, makanan kemasan, kerajinan, produk kulit, produk perikanan, rempah-rempah, dan peralatan medis. Dari daftar komoditas ekspor Indonesia tersebut, kamu bisa menilai mana yang paling berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tanah air. Produk-produk unggulan tersebut semakin menegaskan produk buatan dalam negeri pun bisa bersaing di pasar internasional. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk enggan memakai produk buatan dalam negeri kan? Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran! Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja. Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi 021 5091-6006 atau email ke [email protected]
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ekspor Komoditas Karet IndonesiaKaret adalah bahan elastis yang sering digunakan untuk produk-produk industry sampai produk-produk rumah tangga. Komoditas karet yang diperdagankan ada 2 jenis, yaitu karet alam yang berasal dari getah pohon karet dan jenis yang lain adalah karet sintetis yang dibuat dari minyak mentah. Kedua jenis karet ini memiliki pengaruh yang saling menggantikan. Ketika harga karet alam naik maka permintaan akan karet sintetis meningkat. Sebaliknya ketika harga karet sintetis naik maka permintaan karet alam Indonesia merupakan salah satu produsen karet alam terbesar di dunia. Produksi karet di Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Sumatera dan Kalimantan. Luas perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2019 seluas Ha dengan jumlah produksi sebesar ton. Pada tahun 2019, Indonesia mengekspor karet sebesar ton dengan nilai US$ dan hanya 18% produksi karet yang diserap oleh industry dalam negeri, sisanya 82% karet diekspor ke luar negeri. Pengimpor terbesar karet Indonesia adalah Amerika Serikat yang pada tahun 2019 negara tersebut mengimpor sebesar ton. Sumber Badan Pusat Statistik Pergerakan Harga karet Kawasan Asia-Pasifik merupakan penggerak utama permintaan dan penawaran terhadap komoditas karet dunia. Pada tahun 2008-2009 yang mana pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi sehingga harga karet dunia mengalami penurunan dan berada pada titik terendah pada tingkat harga US$ per Kg. Tren pergerakan harga kembali naik lagi sampai pada puncaknya pada tahun 2011 pada harga US$ per Kg. Sumber Index Mundi Selama tahun 2011 – 2016 harga karet mengalami tren penurunan. Salah satu penyebabnya adalah harga minyak mentah yang rendah sehingga karet sintetis lebih murah untuk diproduksi dan penawaran akan karet sintetis meningkat. Tentunya ini sangat tidak menguntungkan bagi produsen karet alam khusunya di Indonesia yang sebagian besar adalah produsen karet alam. Lihat Money Selengkapnya
Kendaraan membawa peti kemas dengan latar belakang area bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu 15/8/2018. Foto ANTARA FOTO/Muhammad AdimajaSelangkah lagi Indonesia akan menandatangani perjanjian bilateral ekonomi dengan Australia dalam Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement IA-CEPA pada November 2018. Dalam IA-CEPA, telah disepakati barang-barang yang siap diekspor Indonesia ke Australia dan barang-barang impor yang akan masuk ke Indonesia dari Negeri Kangguru tersebut. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Imam Pambagyo, mengatakan beberapa komoditas yang akan diekspor Indonesia ke Australia di antaranya produk otomotif seperti mobil dan sepeda motor. Dia bilang, preferensi atau kemudahan ekspor mobil hybrid dan listrik juga akan diberikan dengan ketentuan asal barang berupa change in tariff heading CTH, qualifying value content QVC 35 persen, dan Complete Knock Down kit komponen rakitan untuk Electric dan Hybrid Car. “Selain itu ada tekstil dan produk tekstil seperti pakaian, t-shirt, celana, jersey. Preferensi tarif bea masuk 0 persen dari yang sebelumnya 5 persen, sehingga dapat berkompetisi kembali dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang sebelumnya sudah mendapatkan pembebasan tarif,” kata Imam di Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Jumat 7/9.Peralatan elektronik, permesinan, karet dan turunannya seperti ban, kayu dan turunannya seperti furnitur, kopi, cokelat, dan kertas juga masuk. Produk-produk ini, kata Imam, sudah mendapatkan preferensi tarif bea masuk 0 persen dari Australia, namun dapat lebih ditingkatkan ekspornya melalui konsep 'Economic Powerhouse'. Kemudian produk Herbisida dan Pestisida juga masuk. Preferensi tarif bea masuk 0 persen dari yang sebelumnya 5 persen, sehingga dapat berkompetisi kembali dengan Malaysia, dan China yang sebelumnya sudah mendapatkan pembebasan Hour di Australia. Foto Peter Parks/AFPImam bilang, untuk untuk komoditas pertanian lebih ditekankan produksinya berupa makanan olahan agar ada nilai tambahnya. Mulai dari mangga, pisang, salak, sampai durian masuk dalam ekspor ini. “Mungkin jual mangga glondongan nilainya tidak banyak. Jadi justru di sektor olahan mangga jadi nilai tambah. Jadi produk olahannya di sektor pertanian,” jelas dia. Australia juga melakukan ekspor barang ke Indonesia dalam perjanjian ini. Perwakilan Kamar Dagang Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani mengatakan barang-barang yang akan diimpor mulai dari sapi, daging sapi, dan produk olahan sapi seperti keju. Lalu ada gandum, shorgum, dan barley juga masuk. Produk-produk ini untuk mendukung pengembangan industri olahan makanan Indonesia. Tak hanya itu, gula rafinasi pun akan impor dari sana. “Juga gandum, gula rafinasi, juga kita butuh karena belum bisa dipenuhi dalam negeri,” kata Shinta. Untuk tarifnya sendiri, Direktur Perundingan Perdagangan Jasa Kemendag Ni Made Ayu Marthini mengatakan semua barang yang akan masuk gratis. Sementara barang impor dari Australia tidak semuanya gratis.“Semuanya, post tariff dia untuk barang kita, semua nol. Jadi kita ekspor semua nol ke sana. Kalau impor dari Australia ke sini enggak semua nol. Ada 90 persen lah yang nol. Enggak semua karena kita punya sensitif kan, tapi harus kita kan lebih banyak,” jelasnya.
indonesia mengekspor karet ke australia